Jumat, 17 Oktober 2014

Tokoh Dunia yang menginspirasi warga dunia


Homer


Berabad-abad lamanya berlangsung pertentangan pendapat mengenai hak cipta sajak-sajak Homer. Kapan, di mana, dan bagaimana Iliad dan Odyssey dicipta? Sampai seberapa jauh sajak itu bersandar pada komposisi sebelumnya? Apakah Iliad dan Odyssey disusun oleh orang yang sama? Betulkah salah satunya digubah oleh hanya satu penulis? Mungkin tak ada orang seperti Homer dan kedua sajak itu yang berkembang lewat proses penggabungan begitu lambat, ataukah memang disusun oleh sekelompok pengolah yang mencomotnya dari sebuah gabungan sajak-sajak yang ditulis oleh banyak ragam penyair. Para sarjana yang membuang waktu bertahun-tahun menyelidiki masalah ini tidak mencapai kata sepakat satu sama lain; lantas bagaimana bisa seseorang yang bukan sarjana ilmu klasik bisa tahu jawab yang semestinya? Tentu, saya sendiri tidak tahu jawabannya; meski begitu, untuk menentukan di mana Homer layak ditempatkan di daftar urutan buku ini, saya membuat perkiraan sebagai berikut.
Perkiraan pertama adalah, memang benar ada seorang penulis utama Iliad. (Alasannya, terlampau bagus jika karya itu disusun oleh sekelompok orang!). Pada abad-abad sebelum Homer, banyak sajak-sajak yang lebih pendek mengenai masalah yang sama digubah oleh penyair-penyair Yunani lain, dan Homer banyak mengambilnya dari karya mereka. Tetapi, Homer berbuat lebih jauh dari sekedar merakit Iliad dari sajak-sajak pendek yang sudah ada sebelumnya. Dia memilih, dia mengatur, dia menyempurnakan kata-kata dan menambahnya serta pada akhirnya melengkapinya menjadi hasil final dengan bakat sastranya yang genius. Homer, orang yang menghasilkan karya besar itu, mungkin hidup di abad ke-8 SM meski banyak catatan menganggap lebih awal dari itu. Saya juga memperkirakan bahwa orang yang sama merupakan penulis utama Odyssey. Meski argumen (berdasar sebagiannya dari perbedaan gaya) bahwa kedua sajak digubah oleh penulis-penulis yang berbeda punya kekuatan yang setara, secara keseluruhan persamaan diantara kedua sajak jauh lebih penting daripada perbedaan-perbedaannya.
Dari apa yang sudah dipaparkan, jelaslah sudah betapa sedikitnya bisa diketahui tentang ihwal Homer sendiri; dan memang tidak ada data biografis mengenai dirinya. Ada tradisi kuno yang teramat kokoh, berasal dari masa awal-awal Yunani, bahwa Homer itu buta. Tetapi, kehebatan yang tampak secara visual dari kedua sajak itu menunjukkan andaikata toh Homer itu buta, tidaklah butanya itu dibawa dari lahir. Bahasa yang digunakan dalam sajak itu menunjukkan bahwa Homer berasal dari Ionia, daerah sebelah timur laut Aegea.
Kendati tampaknya sudah percaya bahwa begitu panjang dan begitu cermat susunan suatu sajak dapat dicipta tanpa tulisan, banyak kaum cerdik pandai agaknya sepakat bahwa sajak-sajak itu paling sedikit bagian permulaannya dan mungkin malah seluruhnya, merupakan komposisi oral (lisan). Tidaklah pasti kapan sajak-sajak itu pertama kali tertuang ke dalam tulisan. Mempertimbangkan segi panjangnya (secara gabungan hampir berjumlah 28.000 bait), tampaknya agak sukar terbayangkan sajak-sajak itu bisa dipindahkan dengan begitu teliti kecuali jika ditulis dalam jangka waktu tidak begitu lama sesudah penciptaan aslinya. Dalam suatu peristiwa, menjelang abad ke-6 SM, kedua sajak itu sudah dianggap karya klasik besar, dan informasi biografis menyangkut Homer sudah hilang. Setelah itu, orang Yunani senantiasa menganggap Odyssey dan Iliad merupakan hasil karya bangsa yang terjunjung tinggi. Menariknya, sepanjang masa antara abad ke abad dan semua perubahan dalam gaya yang sudah terjadi, reputasi Homer tak pernah punah.
Ditilik dari ketenaran dan reputasi Homer yang tinggi, dengan pikiran yang dag-dig-dug saya tempatkan Homer dalam nomor urutan yang begitu rendah. Hal dan alasan serupa saya lakukan pula terhadap umumnya tokoh-tokoh seni dan sastra. Tempat urutan mereka dalam daftar ini, rendah. Dalam kasus Homer, selisih beda antara reputasi dan pengaruh tampaknya besar. Biarpun hasil karyanya sering dipelajari di sekolah, di dunia dewasa ini sedikit sekali orang membaca Homer begitu mereka meninggalkan bangku sekolah lanjutan atas atau perguruan tinggi. Ini berlainan besar dengan Shakespeare yang drama maupun sajak-sajaknya dibaca dan drama-dramanya sering dipentaskan dengan mendapat pengunjung yang cukup banyak. Walhasil, betul-betul beda.
Dan Homer pun tidaklah dikutip secara luas. Meskipun kutipan Homer terdapat dalam karya Barlett, amat sedikit digunakan dalam percakapan sehari-hari. Bukan saja berbeda jauh dengan Shakespeare, juga berbeda jauh dengan penulis-penulis seperti Benyamin Franklin atau Omar Khayyam. Kalimat seperti "sen yang ditabung adalah sen yang didapat", yang sering disebut orang, mungkin sebenarnya merupakan pengaruh sikap pribadi seseorang, bahkan suatu sikap dan keputusan yang berbau politik. Tak ada sangkut pautnya dengan Homer apa yang banyak dikutip orang sekarang.
Kalau begitu halnya, apa sebab Homer dimasukkan dalam daftar urutan buku ini? Ada dua alasan. Alasan pertama, jumlah orang yang makin bertambah dari abad ke abad baik yang mendengar atau membaca karya Homer memang betul-betul banyak. Di dunia masa silam, sajak Homer jauh lebih populer ketimbang sekarang. Di Yunani, karyanya begitu akrab dengan penduduk umum, dan dalam masa yang panjang sekali mempengaruhi sikap agama dan etika. Odyssey dan Iliad terkenal bukan semata di kalangan sastrawan intelektual, tetapi juga di kalangan militer dan pemuka-pemuka politik juga. Banyak pemimpin Romawi lama mengutip Homer, malahan Alexander Yang Agung mengempit salinan Iliad diketiaknya selama bertempur. Bahkan kini, Homer merupakan penulis pujaan di sementara sekolah, dan umumnya kita sudah baca karyanya (paling tidak sebagian) selama di sekolah.
Bahkan lebih penting lagi, mungkin, pengaruh Homer terhadap kesusasteraan. Semua penyair-penyair Yunani klasik dan penulis-penulis drama amatlah sangat terpengaruh Homer. Tokoh-tokoh seperti Sophocles, Euripides, dan Aristoteles --menyebut beberapa contoh saja-- terbenam dalam tradisi Homer, dan semuanya mengambil ide literatur yang cemerlang darinya.
Pengaruh Homer terhadap para pengarang Romawi kuno jelas besarnya. Semua menerima sajaknya sebagai ukuran kesempurnaan. Tatkala Virgil --sering dianggap penulis Romawi terbesar-- menulis karya besarnya Aeneid dia dengan sadar dan atas keyakinan sendiri menyontoh kehebatan Iliad dan Odyssey.
Bahkan di jaman modern pun, nyatanya tiap pengarang penting dipengaruhi oleh Homer langsung atau oleh penulis-penulis seperti Sophocles dan Virgil yang keduanya amat terpengaruh oleh Homer. Tak ada penulis dalam sejarah punya pengaruh begitu menyebar dan begitu berjangka lama.
Masalah yang paling akhir adalah mungkin yang justru ruwet. Selama seratus tahun terakhir ini, sangat mungkin sekali Tolstoy lebih berpengaruh dan karyanya lebih banyak dibaca orang ketimbang Homer. Tetapi Tolstoy tak punya pengaruh apapun selama 26 abad, sedangkan pengaruh Homer telah berlanjut selama 2700 tahun atau lebih. Ini betul-betul masa yang teramat lama. Walhasil, Homer tak mudah ditandingi oleh tokoh-tokoh literer lainnya, bahkan oleh tokoh yang berkarya di bidang apa pun.
Homer adalah nama yang diakui sebagai penulis puisi Yunani kuno Odyssey dan Iliad.
Meskipun secara umum telah disepakati, namun siapa sebenarnya Homer masih menjadi perdebatan.
Sebagian ahli yakin bahwa Homer mungkin merupakan identitas lebih dari satu orang yang menciptakan dua cerita epik Odyssey dan Iliad.
Apakah “Homer” adalah satu orang atau banyak orang memang akan sulit dipastikan mengingat dia hidup sekitar abad 8 atau 7 SM.
Bahkan, meskipun sejarawan telah menghabiskan banyak waktu untuk mencari, bukti konkret bahwa Homer merupakan sosok yang pernah ada belum sepenuhnya bisa dibuktikan.
Satu-satunya informasi yang dimiliki tentang Homer adalah cerita lisan tradisional yang diestafetkan secara turun-temurun.
Homer dipercaya sebagai seorang penyair buta, meskipun tempat kelahirannya masih menjadi perdebatan.
Sebagian mengatakan bahwa Homer lahir di pulau Chios. Namun yang lain mengklaim bahwa dia lahir di salah satu kota Ionian.
Meskipun sedikit yang diketahui tentang identitas Homer, karyanya begitu dikenal luas.
Iliad dan Odyssey termasuk dua karya sastra tertua yang disampaikan secara lisan dari generasi ke generasi.
Karya Homer baru ditulis berabad-abad kemudian. Jadi bisa dibayangkan jika tradisi lisan ini hilang di satu generasi, masyarakat modern tidak akan bisa mengapresiasi karya klasik tersebut.
Meskipun tidak diketahui identitas jelasnya, Homer tetap hidup melalui dua karya abadinya, Odyssey dan Iliad.
Seiring dengan Odyssey, Iliad merupakan bagian dari karya puisi epik tertua dalam sejarah.
Iliad adalah puisi Yunani kuno dan seperti Odyssey, dipercaya diciptakan oleh seorang pria bernama Homer.
Meskipun tidak terdapat bukti konkret yang berkaitan dengan penulis cerita ini, Homer yang merupakan penyair buta dari Ionian diterima secara luas sebagai pengarang Iliad.
Odyssey dan Iliad diciptakan antara tahun 800 hingga 700 SM. Puisi yang juga memiliki usia hampir sama adalah karya Hesiod yang diciptakan sekitar tahun 700 SM.

Iliad telah diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa, diadaptasi untuk panggung dan layar perak, serta menjadi inspirasi tak terhitung cerita, novel, dan puisi.
Pada masa Homer, karya sastra umumnya tidak dituliskan, namun diceritakan secara lisan oleh pengarangnya.
Homer, Hesiod, dan penyair lainnya lazim diundang ke istana atau kediaman bangsawan untuk bercerita, mungkin sebagai hiburan setelah makan.
Iliad dimulai dengan kata-kata berikut:
Sing, goddess, the rage of Achilles the son of Peleus,
the destructive rage that sent countless pains on the Achaeans…
(Nyanyian, dewi, kemarahan Achilles putra Peleus,
kemarahan destruktif yang mengirim rasa sakit tak terhingga pada orang Achaea …)
Jelas, kemarahan adalah bagian penting dari puisi ini sejak bait awal. Bahkan, kata Iliad sendiri berarti “amarah” dalam bahasa Yunani Kuno.
Sesuai dengan judulnya, Iliad memang merupakan karya sastra yang menceritakan peristiwa berdarah.
Iliad terutama berkisah pada tahun kesepuluh pengepungan Yunani atas Troya.
Salah satu tokoh sentral dalam Iliad adalah Achilles, seorang prajurit yang perkasa dalam mitologi Yunani.
Murka Achilles berhubungan dengan seorang budak wanita bernama Briseis yang diberikan kepadanya sebagai hadiah setelah dia bertarung.
Agamemnon menghina Achilles dengan mengambil Briseis dan membuat Achilles menarik diri dari perang Troya.
Dalam Iliad, Achilles dan prajurit Myrmidon yang menyertainya hampir dikalahkan oleh orang Troya.
Mereka digempur hebat dan hampir menyerah. Namun, ketika Patroclus, teman baik Achilles, dibunuh oleh pangeran Troya bernama Hector, Achilles kembali ke medan perang dengan kemarahan berlipat ganda.
Karena begitu marah dengan Hector, Achilles membunuhnya dan menolak mengembalikan mayat Hector kepada ayahnya.
Achilles meminta tebusan untuk menukar mayat Hector. Priam, ayah Hector, menyetujui tebusan yang diminta Achilles.

Kisah berakhir dengan penguburan Hector, sang pangeran Troya, yang terbunuh tragis di pertempuran

0 komentar:

Posting Komentar